Covid-19 telah membawa dampak yang tidak sedikit bagi kehidupan manusia. Semenjak Maret 2020, situasi yang serba tidak menentu terjadi pada hampir semua lini. Sosial ekonomi masyarakat semakin terpuruk, daya beli terhadap bahan-bahan pokok kebutuhan sehari-hari menurun drastis, dan bahkan minat terhadap pendidikan tidak seperti sebelumnya. Khusus untuk dunia pendidikan, kebijakan-kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah selalu saja membingungkan para pelaku pendidikan pada satuan pendidikan. Bagaimana tidak, satu kebijakan turun dan belum genap satu bulan sudah turun lagi kebijakan yang lain. Semua harus melakukan segala aktivitas dari rumah (WFH).
Dengan memperlakukan kebijakan tersebut di atas, lama-kelamaan dunia pendidikan banyak menuai protes baik dari orangtua maupun siswa. Permasalahan demi permasalahan selalu timbul di tengah-tengah keluarga, hanya gara-gara belajar dari rumah (BDR). BDR tidak dilaksanakan dengan baik oleh anak-anak mereka. Di sisi lain anak-anak sering bermain gadget, tidur, tidak peduli dengan ucapan orang tua, dan lain-lain. Bagi anak-anak yang masih berada di tingkat SD membutuhkan bimbingan dari orangtua, namun orang tua tidak mampu melakukan tugas tersebut dengan baik. Hal ini terjadi karena orangtua sibuk bekerja atau tidak memiliki bekal ilmu yang cukup untuk bisa mengajar/membimbing anak-anak mereka sebagaimana seorang guru.
Bagi siswa, mereka merasakan kebosanan yang luar biasa karena harus berada di dalam rumah dan tidak diperkenankan ke mana-mana. Ke manapun dan di manapun selalu diterapkan aturan untuk mentaati protokol kesehatan (mulai menjaga jarak, harus memakai masker, harus mencuci tangan, dan seterusnya). Apa yang terjadi saat itu sangat dirasa tidak nyaman oleh mereka yang berusia muda. Mereka mulai berontak dan menginginkan sekolah tatap muka seperti sebelumnya. Pada saat itu sekolah-sekolah mulai mendapatkan kritikan pedas dari masyarakat, karena dianggap tidak melakukan kewajibannya sebagai seorang pendidik maupun guru. Apalagi jika ada tagihan SPP yang diluncurkan oleh sekolah (swasta) kepada para orang tua. Ucapan-ucapan yang sifatnya menyerang dan menghantam dunia pendidikan selalu saja disampaikan bahkan diunggah melalui media sosial.
Saat ini hampir satu tahun berjalan, keadaan masih belum berubah. Pembelajaran tatap muka belum diijinkan, karena menurut kabar situasi covid-19 semakin mengkhawatirkan. Serangan covid-19 tahap 2 lebih mengerikan daripada yang sebelumnya. Lalu bagaimana mungkin pembelajaran akan mencapai hasil maksimal jika terus dilakukan PJJ (pembelajaran jarak jauh) atau BDR (belajar dari rumah)? Sementara dengan menggunakan pembelajaran tatap muka (PTM) saja hasil pembelajaran masih sangat mengecewakan. Ini menjadi PR besar bagi semua pelaku pendidikan, elemen kesehatan, serta masyarakat keseluruhanagar segera dicari jalan keluarnya sehingga situasi segera membaik dan kembali seperti sedia kala.
Salam sehat untuk semua, dan tetap semangat belajar bagi peserta didik dalam kondisi apapun demi meraih impian terbesar kalian